Nala
berlari kencang melintasi jalan setapak menuju kediamannya. Wajahnya cerah
pertanda hatinya girang. Tanpa melepas alas kaki, bocah kecil kelas satu itu
bergegas memasuki rumah berdinding papan yang tampak sepi.
“Assalamu’alaikum,
Bah,” teriak Nala dengan nafas tersengal.
“Wa’alaikumsalam,”
terdengar sayup suara Abah menjawab. Nala mengedarkan pandangan ke sekeliling.
Namun, ia tak melihat sosok yang dicarinya. Tergesa ia beranjak ke belakang. Kemudian
tersenyum sumringah ketika mendapati Abah di sana.
“Bah,
tadi aku lihat pesawat kecil di lapangan bola kampung kita,” cerita Nala dengan
mata berbinar pada Abah yang sedang asyik menganyam tembikar.
“Pesawat
apa? Tak ada pesawat yang mau turun di kampung kita yang terpencil begini,” Abah
menatapnya dengan pandangan heran.
“Ada,
Bah. Pesawat kecil. Tak sama bentuknya dengan pesawat kayu yang Abah buatkan untukku.
Kepalanya bulat telur, ada baling-baling di atasnya,” jelas Nala.
Abah
hanya mengangguk-angguk. Sementara Nala terus berceloteh riang mengenai apa
yang dilihatnya.
“Tadi
aku juga lihat supirnya, Bah. Gagah sekali,” jelas Nala yang tampak sangat
tertarik pada pesawat kecil yang berpenumpang lima orang itu. Seolah ia ingin
membawa serta benda itu pulang ke rumah untuk diperlihatkan kepada Abah.
“Ayolah
kita ke sana, Bah. Abah harus lihat,” rengeknya seraya menarik-narik ujung baju
yang dikenakan Abah.
Lelaki
tua itu hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Nala. Lalu
mengikutinya karena penasaran mendengar cerita putra semata wayangnya.
“Nah,
itu pesawat yang aku ceritakan tadi, Bah,” serunya ceria sambil menunjuk ke
arah benda itu. Abah berdecak kagum ketika melihat pesawat berkepala bulat yang
diceritakan oleh Nala.
“Itu namanya helikopter, Nala,” jelas Abah.
“Aku
mau jadi supir pesawat helikopter itu, Bah. Nanti aku ajak Abah berkeliling
kampung naik benda itu. Tapi pegangan di belakangku ya? Biar Abah tidak jatuh,”
celoteh Nala riang yang disambut Abah dengan tawa lepas.
“Supir
pesawat itu namanya pilot. Kamu janji harus rajin belajar jika ingin menjadi
pilot” ujar Abah sambil mengelus kepalanya.
“Iya,
aku janji akan rajin belajar supaya bisa jadi pilot,” janji Nala.
♥♥♥