Kamis, 16 Januari 2014

Nala dan Pesawat Kecil


Nala berlari kencang melintasi jalan setapak menuju kediamannya. Wajahnya cerah pertanda hatinya girang. Tanpa melepas alas kaki, bocah kecil kelas satu itu bergegas memasuki rumah berdinding papan yang tampak sepi.
“Assalamu’alaikum, Bah,” teriak Nala dengan nafas tersengal.
“Wa’alaikumsalam,” terdengar sayup suara Abah menjawab. Nala mengedarkan pandangan ke sekeliling. Namun, ia tak melihat sosok yang dicarinya. Tergesa ia beranjak ke belakang. Kemudian tersenyum sumringah ketika mendapati Abah di sana.
“Bah, tadi aku lihat pesawat kecil di lapangan bola kampung kita,” cerita Nala dengan mata berbinar pada Abah yang sedang asyik menganyam tembikar.
“Pesawat apa? Tak ada pesawat yang mau turun di kampung kita yang terpencil begini,” Abah menatapnya dengan pandangan heran.
“Ada, Bah. Pesawat kecil. Tak sama bentuknya dengan pesawat kayu yang Abah buatkan untukku. Kepalanya bulat telur, ada baling-baling di atasnya,” jelas Nala.
Abah hanya mengangguk-angguk. Sementara Nala terus berceloteh riang mengenai apa yang dilihatnya.
“Tadi aku juga lihat supirnya, Bah. Gagah sekali,” jelas Nala yang tampak sangat tertarik pada pesawat kecil yang berpenumpang lima orang itu. Seolah ia ingin membawa serta benda itu pulang ke rumah untuk diperlihatkan kepada Abah.
“Ayolah kita ke sana, Bah. Abah harus lihat,” rengeknya seraya menarik-narik ujung baju yang dikenakan Abah.
Lelaki tua itu hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Nala. Lalu mengikutinya karena penasaran mendengar cerita putra semata wayangnya.  
“Nah, itu pesawat yang aku ceritakan tadi, Bah,” serunya ceria sambil menunjuk ke arah benda itu. Abah berdecak kagum ketika melihat pesawat berkepala bulat yang diceritakan oleh Nala.
 “Itu namanya helikopter, Nala,” jelas Abah.
“Aku mau jadi supir pesawat helikopter itu, Bah. Nanti aku ajak Abah berkeliling kampung naik benda itu. Tapi pegangan di belakangku ya? Biar Abah tidak jatuh,” celoteh Nala riang yang disambut Abah dengan tawa lepas.
“Supir pesawat itu namanya pilot. Kamu janji harus rajin belajar jika ingin menjadi pilot” ujar Abah sambil mengelus kepalanya.
“Iya, aku janji akan rajin belajar supaya bisa jadi pilot,” janji Nala.
♥♥♥